Search This Blog

Thursday, February 7, 2013

Pengobatan Tradisional ‘Komoditas’ Menggiurkan


Published, Harian FAJAR hal. 6, edisi kamis 7 Februari 2013
 
Menjamurnya praktik pengobatan tradisional atau yankestrad (pelayanan kesehatan tradisional), serta kecenderungan masyarakat perkotaan memanfaatkan jasa pengobatan tradisional dewasa ini, menjadi bukti adanya evolusi persepsi dalam masyarakat terhadap penyakit yang di derita serta pemanfaatannya.
Pengobatan tradisional yang semula hanya dimanfaatkan masyarakat pedesaan dan kalangan menengah ke bawah, kini mulai berkembang pesat di daerah perkotaan, utamanya dalam pemberian pertolongan pertama dalam mengatasi gejala penyakit degeneratif, genetik dan lain-lain.

Bahkan saat ini, pengobatan tradisional diperlakukan sebagai 'komoditi menggiurkan', tidak saja Praktisi Yankestrad Indonesia, tetapi juga pengobat tradisional (Battra) asing yang menyerbu negara kita baik secara legal maupun Illegal.

Dukungan media cetak ataupun elektronik semakin mempermudah masyarakat dalam mengakses Informasi pelayanan kesehatan tradisional (ramuan dan keterampilan) untuk mendapatkan pilihan yang pas dalam pemanfaatan yankestrad, dan biaya yang relatif murah /terjangkau karena dapat berupa tanaman obat keluarga (TOGA) di pekarangan.
 
Kecenderungan masyarakat yang semakin meningkat dalam pemanfaatan pengobatan tradisional juga dipengaruhi oleh budaya, kondisi sosial ekonomi dan geografisnya, serta pengobatannya yang bersifat kuratif  dan fokus pada penyebab penyakit, meskipun reaksinya lambat tapi cukup rekonstruktif dalam memperbaiki organ dan jaringan rusak.

Secara umum ada dua teknik pengobatan yang dilakukan, yakni dengan keterampilan, misalnya menggunakan tenaga dalam (bio energy atau inner power), dan ramuan seperti jamu berasal dari tumbuhan (herbal) dan hewan. Teknik pengobatan yang beragam ini semakin menarik minat masyarakat dan memberikan banyak pilihan kepada mereka dalam menentukan pilihan pengobatan yang diyakini mumpuni.

Sistem Pengetahuan Lokal
Secara etnografis,  pemanfaatan yankestrad pada masyarakat Sulawesi Selatan merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem pengatahuan lokal spesifik yang diwariskan secara turun temurun. Ilmu pengobatan tradisional dengan mudah dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan lontara atau cerita-cerita rakyat.
Contoh, pengatahuan etnik toraja yang mempercayai bunga punti manurung (pisang kepok) sebagai obat hipertensi. Penggunaan buah biloka(mentimun) oleh etnik mandar sebagai obat kulit. Lasuna eja(bawang merah) sebagai obat kulit/kurap/jerawat oleh etnik makassar, atau penggunaan pelleng(kemiri) oleh etnik bugis sebagai penyubur rambut. 

Tanaman-tanaman tersebut dapat dengan mudah ditemukan di masyarakat Sulawesi Selatan. Demikian pula layanan kesehatan tradisional menggunakan tenaga dalam, seperti Battra Supranatural Satria Nusantara dan Merpati Putih, atau Reiky Master (Tibet, Jepang)  yang memberikan pelayanan pengobatan dengan menyalurkan atau  memberikan energi (tenaga dalam), baik langsung maupun tidak langsung (jarak jauh) serta hypnobirthing yang digunakan dalam memperlancar proses persalinan.

Didukung WHO
Pengobatan tradisional dapat digolongkan sebagai teknologi tepat guna karena bahan-bahan yang dipakai terdapat disekitar masyarakat itu sendiri, mudah didapat, murah, penggunaannya mudah tanpa memerlukan peralatan mahal untuk mempersiapkannya. Pengobatan tradisional juga  tidak menimbulkan efek samping asal di tangani oleh tenaga yang memilki kompetensi.

Di tengah keterbatasan biaya masyarakat mengakses layanan kesehatan modern yang memadai, memadukan pengobatan tradisional  dan pengobatan modern dapat menjadi pilihan tepat sekaligus bijak. Pemerintah dapat mengelaborasi sistem pengobatan modern dan tradisional ke dalam sistem pelayanan kesehatan formal (rumah sakit/puskesmas) secara komplementer.
Apalagi organisasi kesehatan dunia (WHO) telah menggolongkan yankestrad sebagai primary health care (penanganan kesehatan primer), serta mendorong yankestrad diintegrasikan ke dalam fasilitas kesehatan formal.
Program pelayanan kesehatan komplementer yang diintegrasikan di rumah sakit dan puskesmas bisa dalam bentuk pelayanan herbal, akupunktur atau battra suprantural dengan standar yang masing-masing sudah di atur dalam Keputusan Menteri Kesehatan

Sebagai unit pelaksana teknis Kabupaten/Kota, Rumah Sakit dan Puskesmas dapat  mengaplikasikan program ini, dan bahkan bisa menjadi program  unggulan wilayah sehingga dapat dijadikan sebagai daerah tujuan wisata kesehatan. 

Hal ini dapat berdampak positif dalam menyiasati keterbatasan anggaran dalam pemerintahan daerah/kota bahkan dapat meningkatkan pendapatan  daerah.

Integrasi pelayanan kesehatan tradisional (yankestrad) ke dalam fasilitas pelayanan formal di rumah sakit dan Puskesmas memang menjadi penting, dan sangat dimungkinkan mengingat potensi kekayaan hayati obat tradisional yang dimiliki Indonesia menempati urutan kedua terbesar setelah Brasil di dunia.

Sudah semestinya pemerintah melakukan langkah-langkah untuk melindungi masyarakat dari dampak negatif pemanfaatan yankestrad secara ilegal Agar upaya pengobatan tradisional tersebut dapat benar-benar efektif dan efisien, olehnya itu diperlukan upaya pembinaan, pengawasan yang sistematis dan berkesinambungan.