Search This Blog

Sunday, December 2, 2012

Benchmarking

BENCHMARKING DI HONGKONG, MACAU, GUANGZHOU DAN SHENZHEN


Hari  01 : MAKASSAR-JAKARTA-HONGKONG 

Pada hari  senin 05 Desember 2011 yang telah ditentukan, seluruh peserta yang berjumlah 45 orang berkumpul di Bandara Hasanuddin Makassar untuk selanjutnya bersama-sama berangkat ke Jakarta. Tiba di bandara sekitar pukul 05.15 Wita. Kelihatan sudah beberapa orang yang datang. Setelah check in jam 05.30 bersama-sama rombongan kami menuju waiting room di lantai dua.  Waktu menunjukkan pukul 06.30 ketika pesawat Garuda  Nomor penerbangan GA 611 take off menuju Bandara Soekarno-Hatta  Jakarta.
Sesampainya di Jakarta sekitar pukul 08.45 melaksanakan proses bagasi dan imigrasi. Pukul 09.46 take off dengan pesawat Garuda GA 860 menuju Hongkong. Perjalan­an ke Hong Kong akan ditempuh dalam waktu 4,5 jam. Salah satu hal yang menenangkan adalah selain awak kapal adalah orang Indonesia, mayoritas penumpangnya pun juga orang Indone­sia. Sepertinya orang Indonesia pergi ke Hong Kong nggak berbeda dengan ia pergi ke Singapura atau mungkin ke Bali. Beberapa TKW pula ikut di pesawat ini. Mereka berangkat berkelompok. Logat Jawa mereka terdengar kental. Pesawat GA 860 sempat berguncang be­berapa kali di awan. Beberapa kali pula pilot mengingatkan penumpang untuk tetap mengenakan sabuk pengaman, dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Sepertinya guncangan seperti ini sudah sering terjadi, sehingga sudah disiapkan pula reka­man dengan pesan serupa dalam bahasa Mandarin. Pesawat Boeing seri A330-200 ini juga dilengkapi dengan televisi mini di setiap seat. Penumpang bisa memilih film, musik, dan bermain game di televisi mini yang menempel di belakang seat orang yang duduk di depan. Ada remote berkabel untuk memilih menu dan berinteraksi dengan game. Layarnya pun menggunakan layar sentuh. Dari kecepatan peralihan gam­bar, tidak ada adanya peta yang menampilkan posisi pesawat saat ini, hingga kurang banyaknya koleksi film, musik, dan game membuat kita sering tidak tertarik untuk memainkannya. Namun, setidaknya tetap punya media hiburan.
Selama perjalanan saya memutar film Get Married 3 dan diselingi dengan mendengarkan music. Di pesawat ini ju para penumpang sempat menikmati makan siang yang alhamdulillah dapat mengenyangkan, seperti Nasi, sapi, ayam, sayur bayam dan capcay, plus roti.
Pesawat mendarat di Bandara International Hong Kong pukul 15.50. Tepat waktu. Waktu di Hong Kong sama dengan waktu di makasar dan satu jam lebih cepat dari waktu Jakarta. Hong Kong dilayani oleh Bandara Internasional Hong Kong di Chek Lap Kok namun lebih sering dikatakan terletak di Lantau. Bandara tersebut menggantikan Bandara Internasional Kai Tak di tahun 1998 dan menjadi pusat untuk Cathay Pacific Airways, Dragonair, Air Hong Kong, dan Hong Kong Express. Maskapai Cathay Pacific dan bandara ini pernah mendapatkan penghargaan sebagai yang terbaik di dunia oleh Skytrax. Pada 2004, bandara ini melayani 36 juta penumpang. Bandar Udara Internasional Hong Kong (b. Inggris: Hong Kong International Airport atau HKIA) adalah bandara internasional yang melayani daerah Hong Kong, Republik Rakyat Cina dengan kode IATA HKG dan kode ICAO VHHH. Nama lain dari bandara ini adalah Bandara Chek Lap Kok. Bandara ini terletak di pulau Chek Lap Kok dan sejak dibuka pada tahun 1998, menjadi salah satu pusat transit yang penting di dunia karena posisinya yang strategis. Bandara berkapasitas sebesar 45 juta penumpang dengan 3 juta ton kargo dan setelah landas pacu kedua dibuka pada Mei 1999, kapasitas meningkat menjadi 87 juta penumpang dan 9 juta ton kargo. Bandara yang menjadi pusat operasi Cathay Pacific, Dragonair, Air Hong Kong, CR Airways, dan Hong Kong Express ini mendapatkan penghargaan sebagai bandara terbaik dari majalah Skytrax selama lima tahun berturut-turut (2001-2005). Saat ini terdapat 2 buah landas pacu dengan panjang 3.800 meter dan selebar 60 meter. Nama landasan tersebut adalah 07L/25R dan 07R/25L yang berarti bisa juga dibedakan sebagai landasan utara dan selatan. Bandara ini dibangun untuk menggantikan Bandara Internasional Kai Tak di atas pulau buatan yang direklamasi dari pulau Chek Lap Kok dan Lam Chau. Luas lahan bandara ini adalah 12,48 km² yang 25% dari luas tersebut adalah kedua pulau yang direklamasi tadi. Bandara ini dibuka pada 6 Juli 1998 dengan desain dari arsitek Foster and Partners serta memakan waktu 6 tahun dengan biaya 20 milyar dolar AS. Selama tiga sampai lima bulan pertama beroperasi, berbagai masalah melanda bandara ini bahkan kargo sempat dipindahkan kembali ke Kai Tak.
Di lobi kedatangan, penumpang harus melalui pemeriksaan imigrasi, mengambil bagasi, dan melalui pemeriksaan bea cukai. Walaupun Bandara Internasional Hong Kong hanya memiliki satu buah terminal, tetapi keluar melalui pintu yang salah akan menyebabkan kesalahan yang fatal terutama bila penumpang akan bertemu dengan seseorang yang bukan penumpang. Pemungutan bagasi pada karousel 1-7 mengharuskan penumpang untuk keluar dari pintu keluar A. Sedangkan pemungutan bagasi pada karousel 8-14 mengharuskan penumpang untuk keluar dari pintu keluar B. Hanya Cathay Pacific yang mempunyai karousel pemungutan bagasi dan pintu keluar yang tetap (yaitu 7-8). Setibanya kami di Hongkong, bus penjemput langsung mengantar kami ke pulau Kowloon, perjalanan dari Hongkong ke Kowloon melewati terowongan bawah laut. Perjalanan dengan bus sungguh menarik karena melewati jembatan besar yang menghubungkan Lantau Island, tempat bandara dengan daratan Kowloon. Perjalanan puluhan meter di atas laut naik dan turun melewati jalan sambil melihat bangunan-bangunan tinggi yang berada di perbukitan. Serasa jalan-jalan raya pun memiliki banyak tingkat. Setelah perjalanan sekitar 20 menit, bus pun akhirnya sampai ke pusat kota. Jalan raya Nathan Road membelah Kowloon dari utara ke selatan, dengan toko-toko komersial penuh ber­dempet di kiri kanannya. Bus melewati area Mong Kok hing­ga sampai di Yau Ma Tei. Saya sempat memperhatikan ritme penduduk kota Hong Kong. Kalau diperhatikan toko-toko yang berada di kiri kanan jalan, tak berbeda jauh dengan daerah kota. Dus-dus berantakan di dalam toko, dan tempat-tempat penjualan material sama tak rapihnya seperti di Jakarta. Bedanya, be­gitu sudah menyentuh area publik, seperti trotoar dan jalan semuanya tetap dijaga kebersihannya. ntar disambung lagi yaaachhhh................

No comments: