Kajian Untuk Jurnal Kesehatan
Curah hujan, suhu, dan variasi iklim lain
mempengaruhi vektor dan patogen yang ditularkan. Faktor resiko yang berperan
dalam peningkatan, penyebaran, morbiditas serta mortalitas infeksi virus dengue
antara lain adalah faktor lingkungan ekosistem yaitu ketinggian dari permukaan
laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim, perubahan iklim global, dan letak
geografis. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian lain yang mengungkapkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor iklim dengan kasus dan
angka insidens DBD selama tahun 1997-2000 terutama untuk suhu udara di DKI
Jakarta (Andriani, 2001). Kelembaban udara, total curah hujan, jumlah hari
hujan, indeks curah hujan mempunyai hubungan yang sedang dengan angka insiden
DBD dan variasi iklim (jumlah hari
hujan, lama penyinaran matahari, dan kelembaban) memiliki hubungan bermakna
dengan insiden DBD di Kota Bogor. Namun berbeda dengan penelitian Sungono
(2004) di Jakarta Utara tahun 1999-2003 menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna
antara faktor iklim yaitu suhu, curah hujan, lama hari hujan, lama penyinaran
matahari, kecepatan angin, dan kelembaban udara dengan angka insiden DBD.
Pemanasan
global juga akan berdampak parah pada masalah kesehatan. Lagi-lagi, dampak
paling parah akan dirasakan oleh masyarakat miskin yang paling tidak siap
menghadapinya. Curah hujan tinggi dan banjir akan menimbulkan dampak amat parah
bagi sistem sanitasi yang masih buruk di wilayah-wilayah kumuh di berbagai
daerah dan kota, menyebarkan penyakit-penyakit yang menular lewat air seperti
diare dan kolera. Suhu panas berkepanjangan yang disertai oleh kelembapan tinggi
juga dapat menyebabkan kelelahan karena kepanasan terutama pada masyarakat
miskin kota dan para lansia. Keluarga miskin juga umumnya tinggal di lingkungan
yang rawan terhadap perkembangbiakan nyamuk. Masyarakat di Indonesia secara
tradisional menganggap peralihan musim dari musim panas ke musim hujan, yaitu
musim pancaroba, sebagai musim yang berbahaya dan orang-orang tua mengingatkan
yang muda agar lebih berhati-hati pada musim itu. Perubahan iklim ini akan
meningkatkan risiko baik bagi yang muda maupun para lansia dengan memungkinkan
nyamuk menyebar ke wilayah-wilayah baru. Hal itu sudah terjadi di tahun El Niño
1997 ketika nyamuk berpindah ke dataran tinggi di Papua. Suhu lebih tinggi juga
menyebabkan beberapa virus bermutasi – yang tampaknya sudah terjadi pada virus penyebab
demam berdarah dengue, yang membuat penyakit ini makin sulit diatasi. Kasus
demam berdarah dengue di Indonesia juga sudah ditemukan meningkat secara tajam
di tahun-tahun La Niña. Lingkungan, baik biologis dan fisik,
adalah salah satu faktor penting dalam munculnya dan penyebaran penyakit DBD.
Perubahan Iklim dapat menyebabkan berpengaruh terhadap pola penyakit menular dan
risiko penularan increasement. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah
menjadi endemik di kota-kota besar di Indonesia. Dengan penyuluhan, diharapkan tingkat pengetahuan warga
meningkat dan mau melakukan PSN sehingga kepadatan Ae. Aegypti menurun. Untuk mengetahui keberhasilan
penyuluhan, dilakukan survei tingkat pengetahuan warga dan survei entomologi
sebelum dan sesudah penyuluhan. Pengetahuan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi sikap dan perilaku sesorang. Kurangnya pengetahuan dapat berpengaruh
pada tindakan yang dilakukan karena pengetahuan merupakan salah satu faktor
predisposisi untuk terjadinya perilaku. Oleh karena itu untuk mendidik
masyarakat agar mempunyai perilaku yang baik, warga perlu diberikan
pengetahuan. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir dan daya cerna
seseorang terhadap informasi yang diterima. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, semakin tinggi pula informasi yang dapat diserap dan tingginya
informasi yang diserap mempengaruhi tingkat pengetahuannya, demikian juga
sebaliknya. Orang yang berpendidikan tinggi lebih besar kepeduliannya terhadap
masalah kesehatan dan peningkatan pendidikan akan meningkatkan partisipasi
warga dalam menjaga kesehatan.
No comments:
Post a Comment